Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menghadirkan optimisme baru dengan sejumlah kebijakan strategis sejak hari pertama bertugas. Pidato pelantikan yang penuh semangat serta rapat kabinet awal mencerminkan keseriusan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Meski tak lepas dari kontroversi, komposisi Kabinet Merah Putih menunjukkan kesungguhan dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Dalam lima tahun mendatang, kabinet ini bertekad merealisasikan visi Asta Cita, yang telah disusun sejak masa kampanye, meski tantangan besar diprediksi akan menghadang. Dibutuhkan kepemimpinan yang multidimensi untuk mewujudkan visi ambisius ini.
Asta Cita dan 17 Program Prioritas
Asta Cita mencerminkan semangat perubahan, mencakup berbagai aspek mulai dari memperkokoh ideologi Pancasila, reformasi birokrasi, hingga menjaga harmoni sosial. Dari visi ini, pemerintah menetapkan 17 program prioritas yang menjadi pilar pembangunan. Beberapa fokus utama di antaranya:
- Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Digitalisasi
- Skor PISA Indonesia pada 2022 menempatkan negara ini di peringkat 69 dari 80 negara. Hal ini menjadi dorongan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
- Proses digitalisasi mengalami kemajuan signifikan dengan skor Digital Competitiveness Index 2024 mencapai 38,1. Namun, kesenjangan digital masih menjadi tantangan besar, terutama dalam akses dan penggunaan teknologi.
- Kesehatan dan Ketersediaan Tenaga Medis
- Pada 2023, jumlah dokter di Indonesia mencapai 183.690, meningkat 7.500 dari tahun sebelumnya. Meski begitu, rasio dokter per 1.000 penduduk masih di bawah standar WHO.
- Ekonomi dan Ketahanan Pangan
- Fokus pada pemberdayaan petani dan pembangunan ekonomi berbasis pangan menjadi agenda penting, sejalan dengan program pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.
- Pengentasan Kemiskinan dan Lapangan Kerja
- Hingga Agustus 2024, lebih dari 44.000 pekerja terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di sisi lain, pendidikan tenaga kerja didominasi oleh lulusan SD (35,8%), menunjukkan perlunya pengembangan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
Simbiosis SDM dan Lapangan Kerja
Keterkaitan antara lapangan kerja dan pengembangan SDM menjadi perhatian utama. Jika pendidikan dan pelatihan SDM meningkat, peluang kerja yang lebih baik akan tercipta. Misalnya, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia masih tertinggal di angka 39,37%, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (43%) dan Singapura (91%).
Meningkatkan kapasitas SDM juga akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan yang saat ini mencapai 25,22 juta jiwa. Perbaikan ekonomi, pendidikan, dan lapangan kerja saling berkelindan, menjadikan pembangunan SDM sebagai fondasi penting bagi keberhasilan Asta Cita.
Kepemimpinan Multidimensi untuk Masa Depan
Untuk menghadapi kompleksitas permasalahan ini, diperlukan kepemimpinan multidimensi. Menurut studi Harvard Business Publishing Corporate Learning 2024, 70% responden menyatakan bahwa pemimpin yang adaptif dan visioner adalah kunci untuk menghadapi tantangan global dan domestik.
Ada tiga elemen utama dalam kepemimpinan multidimensi:
- Visioner: Mampu menetapkan tujuan jangka panjang dan mengarahkan kebijakan strategis.
- Kolaboratif: Melibatkan berbagai sektor dalam menyusun dan mengimplementasikan program kerja.
- Resilien: Tangguh menghadapi tantangan, baik di tingkat nasional maupun global.
Menuju Indonesia Emas 2045
Dengan kepemimpinan yang solid dan kolaborasi lintas sektor, Asta Cita dan program prioritas lainnya diharapkan dapat membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Masyarakat kini menaruh harapan besar pada Kabinet Merah Putih untuk menjawab tantangan sekaligus merealisasikan potensi besar negeri ini.